Kamis, 21 Agustus 2014

motif-motif dalam psikologi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif.

Dunia pendidikan khususnya di sekolah, memegang peranan penting dalam proses belajar selain instasi sekolah adalah adanya kerjasama antara guru dan siswa. Seorang guru memegang peranan penting dalam membentuk siswanya. Tidak hanya membentuk dalam bentuk pola pikir atau pengetahuan, seorang guru juga dituntut untuk dapat membentuk siswanya dari segi tingkah laku dan emosional siswa.Seorang guru juga berperan sebagai pengganti orang tua atau orang tua kedua bagi siswa disekolah. Sehingga seorang guru harus dapat dan mampu memberikan contoh yang posistif atau memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Di sekolah sering sekali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong dan memberi semangat bagi anak didiknya agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh
.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dalam makalah ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah motif itu?
2.      Apa saja macam-macam motif itu ?
















BAB II
PEMBAHASAN

1.         Pengertian
Secara etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”, yang menunjuk pada gerakan manusia sebagai “tingkah laku”. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku itu.

Dalam motif, pada umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kadua unsur ini terjadi dalam tubuh manusia, walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena itu, bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat.

Sedangkan menurut Dister, setiap tingkah laku manusia adalah hasil dari hubungan timbal balik antara tiga faktor, yaitu:

1.      Dorongan spontan manusia, yaitu dorongan yang tidak ditimbulkan dengan sengaja. Seperti dorongan seksual, nafsu makan dan kebutuhan akan tidur.
2.     Ke-aku-an manusia, dimana manusia menyetujui dorongan spontan tadi untuk menjadi miliknya, sehingga kemudian menjadi sebuah “kejadian”. Misalnya dengan menunda makan, walaupun ia merasa lapar.
      3.   Lingkungan hidup manusia.

Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. ada beberapa kriteria motif, berikut ini adalah motif-motif yang timbul pada diri manusia ketika berkomunikasi:
1.       motif informatif, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan
2.       motif hiburan, yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang
3.       motif integrasi personal, merupakan motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh status, kredibilitas, rasa percaya diri, dll
4.       motif integratif sosial, dimaksudkan untuk memperteguh kontak sosial dengan cara berinteraksi dengan keluarga, teman, orang lain
5.       motif pelarian, merupakan motif pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau ketika sedang sendiri
MOTIF
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

2.      Macam-macam Motif
Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang terkenal adalah seperti yang dikemukakan di bawah ini.
a.       Menurut Woodworth dan Marquis (1995: 301-333) dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71) motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)        Kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi ;
Kebutuhan untuk minum,
Kebutuhan untuk makan,
Kebutuhan untuk bernafas,
Kebutuhan seksual,
Kebutuhan untuk berbuat, dan
Kebutuhan untuk beristirahat.
2)        Motif-motif darurat, yang mencakup:
Dorongan untuk menyelamatkan diri,
Dorongan untuk membalas,
Dorongan untuk berusaha,
Dorongan untuk memburu.
Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar. Pada dasarnya dorongan-dorongan ini telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan perangsang tertentu berkembang karena dipelajari.
3)        Motif-motif objektif, yang mencakup:
Kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
Kebutuhan untuk melakukan manipulasi,
Kebutuhan untuk menaruh minat.
Motif-motif ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non sosial) secara efektif.
b.      Penggolongan lain dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71-72) didasarkan atas terbentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif, yaitu:
1)                       Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti:
Dorongan untuk  makan,
Dorongan untuk minum,
Dorongan untuk bergerak dan beristirahat,
Dorongan seksual.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis manusia.
2)                       Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti:
Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan,
Dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif golongan ini terbentuk.
c.       Berdasarkan atas jalarannya (Sumadi Suryabrata, 2004: 72-72), maka orang membedakan adanya  dua macam motif, yaitu:
1)                  Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.
2)                  Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.
d.   Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau persangkutpautannya dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 73-74), yaitu:
1)    Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat’ dan sebagainya.
2)    Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini.
a)                   Momen timbulnya alasan-alasan:
Misalnya seseorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian. Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/menemui tamu melihat pertunjukan wayang orang.
Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan menghormati tamu, untuk tidak mengecewakan ibunya, untuk menyaksikan pertunjukan wayang oran tersebut.
b)                  Momen pilih;
Momen pilih, yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
c)                   Momen putusan:
Momen perjuangan alasan-alasanberakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan.
d)                  Momen terbentuknya kemauan:
Dengan diambilnya sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.

3.      Kekuatan Motif
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain.Berhubung dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.
Eksperimen banyak dilakukan dengan hewan karena beberapa pertimbangan :
  1. Hewan lebih mudah dapat dikontrol karena sifat kesederhanaannya sedangkan kehidupan social manusia sangat kompleks.
  2. Pada hewan tidak ada kesadaran tentang pribadinya, karena itu hewan tidak mempunyai perasaan malu atau perasaan harga diri.
  3. Bila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagai akibat ddari eksperimen resikonya tidak besar.
Sekalipun demikian ini tidk berarti bahwa eksperimen pada manusia tidak dapat dilaksanakan.
Contoh Eksperimen yang menggunakan tikus putih. Metode yang dipeergunakan dengan “obstruction method “ (metode penghalang). Penghalangnya merupakan jari-jari yang diberi aliran listrik bila tikus akan melalui jalan atau gang itu.
Tikus diberi insetif yang bewujud makanan, minuman atau benda-benda lain yang pada pokoknya dapat digunakan sebagai alat penarik (insentif) agar tikus mau melalui jalan itu untuk menuju ketempat ujung disebelah lain. Bila tikus akan melalui penghalang, penghalang diberi aliran listrik hingga keadaan ini memberikan gangguan terhadap tikus yang akan melaluinya : Dengan adanya gangguan atau penghalang ada kemungkinan tikus akan kembali lagi, tidak jadi terus. Begitu selanjutnya. Kalau motifnya kuat, sekalipun ada rintangan atau penghalang, rintangan itu akan diatasi atau dengan kata lain tikus akan melalui jalan itu.

4.      Konflik Motif
Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :
·         Pemilihan atau Penolakan
Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi
·         Kompromi
Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.
·         Meragu-ragukan (bimbang)
Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negative, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.
Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang meimbulkan perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari objek tersebut segala untuk ruginya, sehingga mungkin perlu membuat sesuatu daftar alasan-alasan hingga dengan demikian keputusan itu menunjukkan keputusan yang sebaik-baiknya.
5.      Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar
motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelegensi dan bakat minat. Seorang anak didik bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap pekerjaan itu. Motif  yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat, sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai. Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai prestasi yang baik.
Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :
  1. Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
  2. Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
  3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
  4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
  5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
  6. Moivasi melahirkan prestasi dalam belajar.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik.

B.     Saran
Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Kami membuka lebar pintu kritik dan saran bagi yang berkenan, untuk pembenahan makalah ini. Sehingga kesalahan yang ada dapat dibenahi, serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah yang lebih sempurna lagi.
Kesalahan dalam belajar adalah sesuatu yang wajar dan maklum. Tetapi perlu adanya perbaikan sehingga kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua yang berkenan menelaah tulisan kami ini. Sekian, terima kasih.




0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.